Friday, 4 September 2015

lorong_berujung_surga



 Lorong Berujung Surga
12:05,
Tiba – tiba mata yang terpejam ini terbuka,
Tertuju pada jam dinding di sudut kamarku,
Kulihat waktu yang tak biasa itu,
Kenapa tak biasa?
Karena aku tak tau, entah mengapa detik demi detik yang berlalu dalam kesunyian malam ini seakan dengan kerasnya mengusik lelapnya tidurku, dan membuyarkan riak di alam mimpi.
Entah kekuatan apa yang mampu membangunkan ku, aku seperti orang yang rindu kedamaian. Entah mengapa kata galau yang dulu tak pernah ada dalam kamus hidupku, tiba – tiba menyapaku dan membelah gelapnya malam.
Aku terdiam sejenak,
Lalu kunyalakan lampu kamarku, karena ketidaknyamananku dalam kegelapan,
Lalu kucoba untuk berfikir,
Kucoba untuk bertanya pada diriku sendiri,
Dan kucoba untuk menjawabnya sendiri,
Namun tak juga kutemukan teka – teki yang terlintas dalam benakku.
Aku mencoba bertanya,
Apa aku teringat pada suatu sosok, sosok yang biasanya selalu teringat dalam sepiku, sosok yang tak bisa kubuang dari jalan pikiran ini,
Namun, kali ini aku tak mengingatnya,
Aku tidak sedang merasakan kegalauan yang biasanya karena “cinta”
Bukan itu . . .
Lalu kucoba untuk membangunkan ragaku ini dari hamparan pulau kapuk itu,
Kuarahkan langkah kakiku keluar dari kamar ini,
Kucari kedamaian dalam segarnya gemercik air itu,
Tak terasa dingin seperti biasanya,
Justru air di malam ini yang membuka pandanganku lebih luas,
Kucoba membasuh wajah ini,
Kucoba melakukan hal sama seperti yang kulakukan di pertiga malam sebelumnya,
Namun kuteringat,
Malam ini aku tak suci,
Aku tak bisa memakai almamater putih itu dan menengadahkan kedua tanganku di hadapan-Nya,
Lalu kukembali ke kamar, kuambil benda kesayanganku di almari kecilku, kucoba mengungkapkan semua keresahan dan kegalauan dalam hati lewat jari – jari tanganku, kucoba menumpahkan segala rasa dalam rangkaian kata dalam lembaran putih ini,
Ujung pena itu terus menorehkan tintanya, seakan ia tau apa yang dikatakan hatiku, dan terus berusaha merangkai huruf demi huruf yang tak mampu kuungkapkan dengan kata . . .
Hembusan angin malam membawaku mengembara dalam suasana baru,
Aku seperti berada dalam suatu lorong yang luas, dimana aku menghadap pada salah satu ujungnya,
Ujung lorong di depanku itu tak terlihat begitu jelas, begitu juga ujung yang kubelakangi, justru semakin menjauh pula.
Dengan kedua mataku, kucoba membelah rasa penasaranku, kupandangi semua sisi lorong itu, mulai dari samping kananku, atasku, samping kiriku dan yang di bawahku hingga kembali pada suatu titik dimana titik itu seperti ujung sebuah jari – jari lingkaran yang akan selalu menjadi posisi pertama dan terakhir dalam suatu rotasi.
Seraya memandangi sisi lorong itu, aku merasa lorong itu seperti sebuah tabung tanpa tutup di kedua sisinya, dindingnya menyerupai sebuah lingkaran, karena ia memiliki sisi yang demikian banyak, dengan kata lain tak terbatas, hingga tak terlihat lagi ukuranya.
Iya, penampang lorong itu terhampar luas membentuk selimut suatu tabung, penampangnya melingkar, bukan segi empat, segilima atau bahkan segi berapapun, karena seginya tak mampu kuhitung dengan logika berpikirku.
Jika kulihat kembali pada dinding lorong itu, aku melihat beraneka ragam bebatuan yang terangkai dengan indahnya. Ada batu yang kecil, agak besar dan bahkan ada yang amat besar. Ada batu yang datar, runcing, kotak, bulat dan bentuk – bentuk lain yang tak mampu untuk kukenali lagi.
Aku tak terpikir lagi, seberapa hebat arsitek yang mendesain bangunan lorong itu, bahkan tak ada satupun tiang yang menjadi penyangga dalam kokohnya bangunan lorong itu.
Aku ingin berlari secepatnya menelusuri lorong itu, karena rasa penasaranku apa yang ada di dalam lorong depan itu, dan dimana lorong itu berujung. Tapi aku tak bisa, seperti ada kabut yang menutupi di depanku, dan aku hanya bisa berjalan dengan kecepatan yang seakan telah didesain sedemikian rupa . . .
Tak...tak...tak...
Suara detik jam kamarku tiba – tiba terdengar lagi, membubarkan lamunanku dalam lorong itu, seraya mengembalikanku dari suasana lorong misterius itu dan kembali ke dunia nyata di kamar tidurku.
Aku seperti orang yang baru sadar akibat efek obat bius, layaknya orang yang baru bangun dari alam tak sadarnya selama operasi.
Hemm... aneh yang kurasa.
Kubaringkan tubuhku untuk mengembalikan kesadaranku, kupandangi langit – langit kamarku dan sedikit demi sedikit kucoba mengingat apa yang telah terjadi padaku.
Sambil mengatur nafas, aku mulai bisa mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, secara refleks aku mengatakan dengan pelan, “lorong itu?”.
Iya, lorong itu adalah refleksi dari hidup ini, cerminan dari kehidupan di panggung sandiwara ini.
Ujung lorong yang kulihat di depanku itu adalah masa depanku, masa yang akan aku lewati beberapa waktu yang akan datang. lorong itu adalah dunia dimana aku akan merasakan ulang tahun ku yang ke sembilan belas, dua puluh, dua puluh satu, tiga puluh dan seterusnya, hingga batas waktu yang telah ditentukanNya.
Dan . . .
Ujung lorong yang ada di belakangku adalah masa laluku, masa – masa yang telah kulewati sejak delapan belas tahun yang lalu. Itulah mengapa aku tak bisa melangkahkan kakiku ke lorong yang di belakangku. Tetapi aku hanya bisa mengingat setiap langkah di lorong itu yang membawaku ke posisi sekarang, dan itu adalah sebuah pengalaman, guru terbaik yang memberi pelajaran untuk masa depan.
Lalu aku bertanya pada diriku sendiri,
“bisakah hidup ini dikatakan segi-n?”
Aku pernah berpikir bahwa hidup ini bisa diasumsikan sebagai sebuah lingkaran. Karena aku rasa segi kehidupan itu terlalu banyak, dengan kata lain tidak terbatas. Seperti karakter dinding lorong dalam lamunanku.
Saat jarum panjang jam dinding di kamar tidurku menunjuk tepat di angka 02.00, aku belum juga terlelap, aku masih hanyut dalam refleksi lorong itu. Aku mengangkat kedua tanganku dan memandanginya,
Aku merasa kecil, serasa tak sanggup menaklhukan segi – segi kehidupan yang demikian banyak itu hanya dengan sayap ini. Sayap yang hanya berupa kedua tangan ini.
Sementara di balik satu sisi saja dari sekian sisi itu membuka pilihan yang sekian banyak juga. Padahal, memilih option a s/d e saja kadang masih susah, apalagi kalau optionya tentang pilihan hidup. Tak semudah menghafal trigonometri juga, karena materi kehidupan itu tak ada rumus eksaknya yang bisa dihafal saat mau ulangan L
Tetapi, aku ingat Arsitek hebat yang luar biasa itu.
Dia lah Allah, Tuhanku Yang Maha Kuasa, yang mengatur bumi ini tetap kokoh tanpa satupun tiang penyangga, yang mengatur bumi ini dalam rotasinya, dalam revolusinya mengelilingi sang surya dan keseimbanganya menyangga kehidupan manusia dan seluruh ciptaanNya.
Sekian banyaknya segi kehidupan itu memang tak bisa kita desain sesempurna rancanganNya. Hidup ini keras, sekeras bebatuan yang merangkai lorong itu. Bahagia bukan satu – satunya warna dalam pelangi kehidupan ini, karena terkadang . . .
Kenyataan terasa begitu egois,
Tak bisa dinego seperti halnya rumus matematika ataupun fisika.
Tapi jangan pernah lupa,
Ada kekuatan Maha Besar yang membuat semua hal masuk logika dan tak ada sesuatupun yang mustahil.
Dia Maha Melihat, apa yang dilakukan makhluk-Nya, Dia bisa menghendaki segalanya, tinggal siapa yang bersungguh – sungguh ingin mengubah takdirnya menjadi lebih baik. Tapi barangsiapa hanya berbekal cara instant, maka hasil yang akan didapat juga akan instant . . .
Sahabatku . . .
Hidup ini bukan sekedar menghindari mati,
Tetapi hidup adalah cara,
Lebih penting bagaimana prosesnya saat kita berjalan.
Boleh kita bermain, tapi jangan berlebihan, karena hidup bukan sekedar permainan,
Tetapi . . .
Mengubah haluan menembus kabut dalam lorong itu hingga berujung SURGA . . J
Memang, kita tak bisa mengatur segalanya untuk membuat hidup sempurna, tapi
kita bisa melakukan sesuatu untuk membuatnya lebih baik . . .


                                                          J by : Fini_Fidi_Fisi.co.id/09.07.2015J














Friday, 7 August 2015

c i n t a



Tips buat yang lagi Jatuh Cinta
Cinta,
Entahlah, apa makna cinta yang sebenarnya. Setiap orang bebas memaknai cinta sesuai persepsi mereka masing – masing.
Cinta yang ku tahu,
Bukan suatu permainan, dan bukan pula sesuatu yang pantas diremehkan. Jika seseorang bermain dengan cinta, berarti ia belum tau apa cinta yang sebenarnya. Orang yang bermain dengan cinta sama saja ia bermain api, karena cinta itu seperti api yang bisa membakar pemiliknya,
Cinta,
Cinta itu bukan sekedar mencintai dan dicintai,
Tapi bagaimana kita memaknai cinta yang sebenarnya,
Karena makna cinta yang tertanam dalam jiwa mampu menumbuhkan energi positif untuk belajar menjadi lebih baik.
Cinta,
Cinta itu identik dengan bahagia, indah dan spesial,
Namun tidak hanya itu warna dalam pelangi cinta,
Cinta itu juga menyakitkan. Terkadang cinta mampu membuat seseorang berada pada titik paling lemah dimana dia merasa cinta adalah satu – satunya energi yang mampu membuatnya bangkit kembali.
Namun,
Pada dasarnya cinta adalah anugrah dari sang pencipta yang indah.
Indah ketika kita mampu menjaga kesucianya,
Indah ketika kita mampu menempatkanya pada posisi yang tepat dalam hidup ini,
Dan indah ketika cinta itu tampil sederhana.
Cinta,
Hanya dengan satu jalankah kita mengekspresikan cinta?
Dengan kata memiliki?
Tidak.
Cinta itu sejatinya tidak harus memiliki,
Cinta yang sesungguhnya akan membawa jiwa dalam lautan bahagia,
Cinta adalah realisasi dari keikhlasan dalam jiwa,
Cinta adalah bahagia ketika melihat kasih yang tercinta bahagia,
Sekalipun bahagianya tak bersama kita,
Jika kita masih memaksakan hati, selalu ingin bersama, selalu ingin berdua, ingin dimanja dan dikuasai ego untuk saling memiliki, itu bukan lagi cinta.
Tetapi,
Itu hanyalah nabsu belaka . . .
Lalu bagaimana perasaan yang tumbuh di hati kita?
Itukah cinta? Atau sekedar nabsu yang merajalela?
Inilah saatnya kita kenali mana cinta yang sejati, dan mana cinta yang abu - abu. Cinta sejati itu datang dari sang Maha Pecinta. Yaitu cinta yang akan membawa kita menuju lautan bahagia,
Dunia dan akherat . . . amiin . . . insyaAllah
Lalu bagaimana kita menjaga dan megekspresikan cinta?
Fini_Fidi_Fisi.co.id  akan mencoba memberikan tips – tips untuk tetap mensyukuri anugrah indah dari Sang Maha Pecinta itu dengan tidak salah mengekspresikanya . . .
1.     Hal paling penting adalah say “NO” to “pacaran”.
Memang susah sepertinya untuk sahabat – sahabatku yang lagi masa pubertas ini. Hhe. Tapi selama ada niat pasti ada jalan. Bagaimanapun caranya biasakan hindari pacaran, entah itu berusaha mencegah, untuk yang alhamdulillah belum pernah, dan mencoba meninggalkan untuk yang sudah tau rasanya.
Langkah awal menghindari pacaran itu salah satunya bisa kita lakukan dengan memperbanyak membaca hukum – hukum islam tentang pacaran (zinaa). Kalau sahabatku sudah tau insyaAllah kita akan lebih takut untuk melakukan hal demikian. Karena sebenarnya mengerikan sekali kalau kita ketahui lebih banyak tentang bahaya.nya. tanamkan dalam jiwa kita, “apapun alasanya, tidak ada yang menghalalkan pacaran.”
Munkin dalam masyarakat sekarang, seakan – akan pacaran itu bukan hal yang tabu lagi, tapi itu karena begitu cerdasnya setan – setan yang telah membalikkan pikiran kita. Ok
2.    Jadikanlah orang yang kita cintai itu sebagai motivator.
Seperti rizki dan ajal, jodoh itu juga rahasia Tuhan. Jadi kita belum tau apakah orang yang kita cintai itu kelak akan menjadi jodoh kita atau tidak. Untuk itu lebih selektiflah dalam memilih seseorang. Kita harus pandai – pandai memilih orang yang pantas dicintai dan mencintai. Carilah alasan yang baik, yang mampu memotivasi Anda saat Anda mencintai orang tersebut. Faktanya, apabila Anda mencinta seseorang yang baik, akhlaknya, imanya, kepribadianya dsb, tentu Anda akan termotivasi untuk belajar baik seperti dia. Minimal mendekati dia. Sosok motivator ini tentu akan terjadi, karena naluri alami manusia, seseorang akan minder untuk mencintai seseorang jika orang itu lebih baik, sehingga kita akan termotivasi untuk belajar lebih baik agar pantas untuk dia yang special. J
Tetapi ada satu hal yang perlu kita ingat, jangan menjadi baik hanya untuk cinta, tetapi menjadilah lebih baik karena cinta. Hayoo dicermati ..
3.    Tinggikan kualitas selera Anda, jangan mudah menjatuhkan pilihan.
Bisa dikatakan jual mahal itu hal yang penting. Dunia ini luas, Anda bebas memilih, tapi sebelumnya Anda observasi dulu, jangan mudah menjatuhkan pilihan. Di saat Anda mulai tertarik, carilah alasan yang tepat, kenapa Anda mencintainya, kalau masih memilih usahakan matre gakpapa, tapi matrenya dalam hal – hal yang baik ya. Misalnya karena dia orangnya baik, baik itu luas J jadi ibarat beli baju, dilihat – lihat saja dulu, jangan langsung dibeli, semakin banyak sample yang Anda lihat, Anda akan menemukan baju dengan perpaduan baik, baik dan baik dari baju – baju yang Anda lihat sebelumnya. Jadi uangnya ndak habis sebelum menemukan pilihan yang terbaik, dan yang pasti tidak menyesal di kemudian hari.
dan ingat statement2 ini agar Anda lebih berhati – hati : (khusus kaum Hawa)
Laki – laki yang kuinginkan bukanlah dia yang setiap hari bilang sayang padaku.
Laki – laki yang kuinginkan bukanlah dia yang setiap hari jadi sopirku kesana kemari.
Laki – laki yang impikan bukanlah dia yang mengikis masa depanku yang indah sejak sekarang,
Tapi dia adalah laki – laki yang saat ini menahan keinginanya untuk mendekatiku karena rasa hormatnya terhadap wanita muslimah yang tak bisa didekati sembarang Adam. Dia adalah laki – laki yang menjaga jaraknya karena dia percaya, sebelum dia bisa menjagaku, ada Allah yang diminta menjagaku lewat do’a – do’anya . . .
Oh iya, satu point lagi, jika kita lebih selektif memilih, maka kita akan disibukkan dengan hal lain, jadi tidak sempat pacaran deh,hhe
4.    Jangan memaksakan untuk melupakan seseorang.
Anda tau kenapa? Karena melupakan seseorang itu bukan hal yang mudah, apalagi yang ingin Anda lupakan itu adalah orang yang spesial. Itu hanya akan menyiksa batin Anda. Lebih baik Anda menyimpan saja si dia di hati Anda, karena dengan terisinya hati, maka hati kita tidak akan mudah disinggahi banyak orang. Jaga cinta di hati Anda hingga Anda benar – benar menemukan orang yang tepat yang tentunya lebih baik dari yang sekarang di hati Anda. Siapa tau dia jodoh Anda, maka tentu Anda telah berhasil menjadi sempurna, pertama dan terakhir. (sesuatu akan indah pada masanya). Tidak sia – sia kan menyimpan dia di hati Anda? J
5.    Cinta itu tidak perlu diungkapkan, tapi perlu dijaga.
6.    Selalu berdo’a itu wajib.

                                                                                                         


Sekian sedikit saran yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat . . . mohon maaf apabila terdapat kata2 yang kurang berkenan bagi pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan dalam setiap postingan di  blog ini.
Arigatou gozaimasu J


Salam untuk dimanapun kau calon Imamku (dunia dan akherat) nanti J
Saat kau merindukanku,
Tumpahkanlah segala rasamu di hadapanya,
Curahkanlah isi hatimu dalam lantunan do’a kepadaNya,
Biarlah Dia yang menyampaikan setiap kata rindu dalam hembusan nafas ini,
Kau tau kenapa?
Karena satu – satunya alasan kita bertemu dan bercinta adalah “karena-Nya”,
Dan sungguh Dia adalah Sang Pemilik Cinta yang Sejati,
Siapakah kau?
Kau adalah sebuah nama yang terukir indah di telapak tanganku,
Namun belum dapat kubaca,
Kata Allah masih rahasia.
Kau adalah Adam yang harus menjaga diri dan hatimu hingga takdir mempertemukan kita. Amiin





                                                                   <<_by:Fini.fidi.fisi.co.id_>>
cintaversisaya

Monday, 20 July 2015

bila kau tau bahagiaku sederhana

bahagiaversialflo


18 tahun, bukan lagi usia anak - anak, bukan lagi usia yang ideal untuk bermain – main seperti sepuluh tahun yang lalu.
Kini duniaku semakin nyata, duniaku semakin hidup dan duniaku semakin luas. Kini bukan hanya harus bahagia, kalimat sederhana yang terlintas dalam benakku. Tetapi, sudah saatnya aku tau jawaban dari lima pertanyaan dasar yang harus aku posisikan sebelum kata “bahagia” itu.
Iya, apa sejatinya bahagia itu?
Dimana posisi yang tepat untuk ku bahagia?
Kapan saat yang  tepat untuk ku bahagia?
Mengapa aku harus bahagia?
Dan bagaimana aku mendapatkan kebahagiaan sejati itu?
Sebenarnya bahagia itu sederhana. Begitu juga bahagiaku. Namun, sering kali orang mengatakan bahwa bahagia itu sulit dicari. Butuh perjuangan dan pengorbanan besar untuk menggapai suatu kebahagiaan.
Itu bukan sekedar opini belaka, bahagia yang identik dengan perjuangan dan pengorbanan besar itu memang benar. Tapi ada satu hal yang salah.
Aku memang anak IPA, buat aku science is everything. Tapi aku tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Aku hidup dalam lingkungan sosial. Kalaupun dalam matematika, fisika, kimia ataupun biologi tidak pernah diajarkan definisi bahagia, tapi sudah cukup banyak pelajaran kehidupan yang aku dapat, salah satunya tentang bahagia. Makna dari kata bahagia yang kudapat dari sekelilingku adalah pelajaran kehidupan, yaitu pelajaran yang tak akan aku dapatkan di bangku sekolah.
Dari sekian banyak hasil observasiku dari lingkungan sekitar, dari apa yang aku lihat, dan dari apa yang aku dengar, banyak orang dengan persepsinya mengatakan bahwa bahagia itu bisa diukur dengan materi yang berhasil kita kumpulkan?
Andakah di antara mereka?
Termasuk andakah orang yang menjadikan materi sebagai indikator suatu kebahagiaan?
Aku mengatakan tidak.
Semua itu salah. Sejatinya kebahagiaan itu datang dari hati, dari jiwa yang tentram dan damai.
Hampir dua puluh tahun dunia mengajariku tentang bahagia. Lima belas tahun yang lalu, sepuluh tahun yang lalu, lima tahun yang lalu dan sekarang, di saat aku menulis kembali rangkaian huruf b, a, h, a, g, i dan a dalam lembaran kertas putih tanpa pena ini, ibarat sebuah tangga menuju lantai paling atas yang ku artikan sebagai sebuah kedewasaan dimana dia memiliki beberapa anak tangga yang semakin ke atas ketinggianya bertambah pula. Setiap anak tangga itu adalah suatu proses yang selalu memberiku makna berbeda dan lebih luas lagi dari kata “bahagia” itu.
Jika lima belas tahun yang lalu bahagiaku adalah disaat mereka (mmpp) membelikanku sebuah boneka impianku,
Dan jika sepuluh tahun yang lalu bahagiaku adalah diberi hadiah saat aku menjadi juara kelas,
Maka lima tahun yang lalu bahagiaku adalah . . .
Di saat aku mulai bisa menggapai apa yang aku mimpikan dengan kedua tanganku sendiri. Saat itu aku tak lagi meminta benda – benda indah yang menarik mataku, aku tak lagi meminta hadiah, karena aku pikir, penghargaan terbesar berasal dari diriku sendiri, penghargaan terbesar aku dapatkan di saat orang – orang yang aku sayangi tersenyum karenaku.
Dan . . .
Tahun ini, di saat usiaku dua tahun lagi sudah menginjak dua abad persepuluh, bahagiaku hampir mencapai makna pada tangga yang paling atas, bahagia yang semakin kompleks, yaitu di saat ku mampu memaknai bahagia dengan menjawab kelima pertanyaanku tadi.
Jika aku bertanya pada diriku, apa sejatinya bahagia itu?
Aku harus tau bahwa bahagia itu tidak hanya mendapatkan semua hal yang kuinginkan, karena tidak setiap yang kuinginkan adalah yang terbaik untukku, begitu juga sebaliknya, aku memang bisa merencanakan sesuatu yang menurutku mampu memberiku bahagia, tapi yang menentukan adalah Dia. Dan perlu kutanamkan dalam jiwaku bahwa bahagia itu adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu di bawah ridho-Nya.
Dan jika aku bertanya pada diriku, dimana posisi yang tepat untuk ku bahagia?
Maka aku harus mengatakan bahwa lingkungan yang baik, lingkungan yang mampu menumbuhkan energi positif untuk ku belajar melakukan hal – hal lebih bermanfaat, lingkungan yang bisa membawaku untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lingkungan yang membuatku bersandar karena kedamaian, ketenangan dan kenyamanan jiwa di saat ku berada disana adalah posisi yang tepat untuk ku senantiasa bersyukur dan bahagia.
Dan ketika aku bertanya pada diriku, kapan saat yang  tepat untuk ku bahagia?
Bahagia itu adalah di saat jiwa ini berlabuh pada kedamaian. Hanya hati yang mampu menjawab pertanyaan ini. Mulut bisa saja mengatakan “aku bahagia”, tetapi jika jiwa ini kekeringan, maka tak akan lama ragamu mampu berekspresi untuk menutupinya. Anda tau kenapa?
Karena salah satu hal yang paling menyakitkan adalah ketika harus tersenyum hanya untuk menutupi luka.
Maka bertanyalah pada hatimu.
Dan ketika aku bertanya , mengapa aku harus bahagia?
Aku terdiam sejenak, lalu aku mengingatNya, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Satu – satunya alasan mengapa kuharus bahagia adalah karena aku harus bersyukur atas segala nikmatNya.
Dan ketika aku bertanya lagi, bagaimana aku mendapatkan kebahagiaan sejati itu?
Maka jawabanku cukup sederhana,
USAHA dan DOA.
Simple tapi maknanya sungguh luas, aku rasa bahagia itu berada di ujung sebuah perjuangan yang mengatasnamakan nama-Nya, di ujung atau saat ku lihat pelangi indah di arena  sebuah perjalanan yang tidak menyimpang dari jalan-Nya. Alias halal J
Jadi, kita perlu tau, materi bukan satu – satunya indikator untuk suatu kebahagiaan. Banyak orang bergelimang harta dan kemewahan, tapi mereka tidak menemukan kedamaian dalam hati.
Lalu, mengapa aku menuliskan kalimat yang menyelipkan kata “bahagia” dan “sederhana” dalam judul tulisanku ini.
Aku ingin menyampaikan sesuatu kepada orang yang paling aku sayangi, namun aku tak mampu menyampaikanya dalam rangkaian kata – kata dari lisanku,
Aku hanya bisa mengungkapkan isi hatiku lewat hobiku, menulis J
Wahai kedua malaikatku, dan malaikat – malaikat yang mengelilingiku di surga sederhana ini,
Aku ingin kalian tau,
Seperti yang kalian tau, pendidikan adalah salah satu hal yang paling identik dengan hidupku. Belajar adalah nafasku, aku tak tau apa yang akan terjadi jika aku berhenti disini,
Masih bisakah aku bernafas lebih lama lagi?,
Aku masih menatap bintang di langit yang tinggi itu,
Aku masih berharap untuk bisa menggapainya,
Dan aku masih akan terus berjuang dalam sisa waktuku ini.
Namun aku sadar, aku hanya berjuang dengan kedua tanganku yang penuh keterbatasan ini,
Aku tak mampu terbang tanpa kalian,
Aku tau kalian memiliki sayap untukku,
Untukku terbang meraih bintang itu,
Tapi aku tidak ingin memakai sayap itu hanya untuk menuntut hak dari kalian,
Hanya untuk memenuhi kewajiban kalian,
Aku tak ingin terbang seorang diri, aku ingin ke angkasa bersama kalian,
Tidaklah tega bila ku terbang sendiri dengan sayap itu,
Untuk itu aku mohon,
Mengertilah bahagia ku yang cukup sederhana ini,
Aku tau aku memiliki Zat Yang Maha Perkasa, Maha Besar dan Maha Menolong,
Sayap itu bukan satu – satunya kekuatan yang akan membawaku terbang untuk meraih bintang itu,
Lewat rangkaian kalimat ini, jari tanganku berusaha mengungkapkan apa yang tak berani kuminta lewat kata,
Yang pertama, aku butuh do’a dari kalian,
Kalian adalah malaikatku, aku percaya, setiap lantunan tasbih mu pastilah di dengar oleh-Nya,
Aku ingin kita buka mata yang terpejam di kesunyian malam,
Lalu kita hadapkan wajah kita yang hina ini di hadapan-Nya,
Dengan segala kerendahan, dengan segala keterbatasan,
Bahkan dengan cucuran air mata ketulusan,
Aku ingin kita bersama – sama mengatakan kepada-Nya,
Hanya kepada Mu kami bergantung.
Munkin kalian memang memiliki sayap untukku menggapai bintang itu,
Tapi kapanpun Dia mau,
Dia bisa mengambil sayap itu dariku,
Apa kalian ingin selamanya aku duduk terdiam, hanya memandangi bintang itu,
Seperti pungguk yang merindukan rembulan,
Hanya saja aku seorang pemimpi yang merindukan bintang.
Satu lagi yang aku pinta dari kalian, wahai malaikatku,
Temani aku menggapai bintang itu,
Jangan mengacungkan jari telunjuk kalian di saat ku terjatuh,
Tapi aku berharap,
Senyum kalian selalu menyinariku,
Karena itu akan membuatku mampu terbangun dan bangkit lagi untuk menggapai bintang itu.
Sejatinya langkah demi langkah kaki ini,
Karena kuingin membawa bintang itu untuk kalian.
Itulah bahagiaku....
.....yang sederhana J
Sesederhana di saat ku tersenyum, mengingatNya dan mengatakan “Terimakasih Tuhan”.

By : Fini_Fidi_Fisi.co.id/07.07.2015